Minggu, 30 Januari 2011

diam itu emas

damai dalam diam
lidah memang tajam , perkataan bisa menyakitkan hati seseorang.ketika menghadapi suau masalah kita sebaiknya jangan terlalu banyak mengeluarkan kata yang semakin memperburuk permasalahan. tapi apakah dengan diam kita bisa memecahkan masalah ? apapun jawabannya tapi memang itu jalan terakhir untuk sebuah masalah yang menurutku tergolong berat,entah sudah berapa orang yang merasa terganggu karena Diamku.sebenarnya ini hanya sebuah metode pemecahan masalah yang tentunya setiap orang memiliki cara yang berbeda-beda`tergantung pada subjektifitas mereka.
kemarahan adalah hal biasa didunia ini yang bisa terjadi pada siapa saja,kapan saja,dan dimana saja.apakah aku harus marah ? pantaskah aku marah sedangkan manusia adalah budak dari tubuh dan jiwa yang lemah dan diliputi kesalahan. belajar dari pengalaman waktu kecil dimana aku lebih memilih dipukul saat melakukan kesalahan daripada harus dimarahi atau dimaki-maki oleh bapak dan ibuku.sakitnya raga ketika dipukul tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan sakitnya hati saat dilukai dengan perkataan. kalau gak salah dengar sebuah kesalahan memang harus ditebus didunia agar derita di akherat sedikit berkurang.yang jelas aku tak mau menjadi penebus dosa seseorang didunia , semua pasti telah ditetapkan olehNya.seperti hadist yang mengatakan : ”Ajarilah (orang lain), mudahkanlah, jangan mempersulit masalah, kalau kalian marah, maka diamlah” (H.R. Ahmad). diam adalah jalan yang menurutku sangat adil untuk diriku sendiri dan orang lain tentunya. jika ini semua berdampak buruk atau menambah kacau suasana menurutku itu semua bukan urusanku. yang penting aku sudah melakukan sesuai hati nuraniku.percaya atau tidak pendiam adalah sifat asliku dan pendiam tentu berbeda dengan tertutup,pikiranku masih terbuka hanya lidah yang terkunci. teringat kata-kata seseorang "jangan katakan semua yang engkau ketahui tapi ketahuilah semua yang engkau katakan. kata adalah peluru dari keganasan lidah yang bisa menembus hati seseorang dimana penggunaannya dalam sebuah percintaan mungkin sangat tepat tapi dalam sebuah persahabatan semua agak sedikit berbeda. aku akan selalu diam sampai ada alasan yang tepat kenapa aku harus berhenti diam . waktu adalah kekal dan itu bukan menjadi sebuah alasan,sampai kapan aku diam ?dan jika sebuah alasan itu sudah ada tetapi aku tidak menyadarinya berarti itu bukan salahku,tergantung apakah Tuhan bersedia agar aku mengetahui alasan itu,atau memang harus ada yang menyampaikannya padaku atau tidak mengetahuinya sama sekali. mungkin diam sampai matipun aku sanggup , asalkan itu memang ketetapan tuhan.

semoga tulisan ini tidak terlalu membingungkan,
mohon maaf jika ada pihak yang tersinggung karena dalam tulisanku disebutkan sedikit tentang keagamaan sedangkan nyatanya "Aku" bukanlah seorang yang taat agama.
tidak ada maksud lain dalam tulisan ini selain apresiasi mengenai komitmen hidupku sendiri.

1 komentar: