Minggu, 06 Oktober 2013


Jejak dalam Kabut Surya Kencana


















Gunung gede (2958 mdpl) sudah terlihat menawan dari kejauhan, rombongan dari Jakarta yang telah sampai sejak subuh dengan setia menunggu kedatangan kita yang berangkat pagi dari Ciawi. Sekitar 45 menit kita pun tiba di sebuah warkop sederhana tepat di depan gapura taman cibodas, disanalah para pendaki singgah saat mengurus administrasi (Simaksi) atau bermalam sebelum memulai pendakian. Pada hari itu 13 orang sahabat hendak menuntaskan rencana mereka melakukan pendakian istimewa untuk merayakan suatu pencapaian bersama yang menggembirakan serta mengharukan.






"Sahabat-sahabatku, sebentar lagi kita akan berpisah karena telah tiba saatnya kita memulai kehidupan baru di dunia kerja dengan jarak yang terbentang diantara kita. Persahabatan ini adalah suatu cerita masa muda yang tak ternilai harganya. sudah sepantasnya kita rayakan pencapaian dan perpisahan kita ini, agar esok kita bisa mengenang setiap waktu yang kita lalui, tidak hanya sebagai sahabat tetapi lebih dari itu. mari sekali lagi kita ikat semua itu untuk terakhir kalinya di Gunung Gede ini, tempat yang biasanya kita datangi untuk sekedar membuang penat dan kejenuhan kehidupan perkuliahan yang belum lama kita tinggalkan." Itulah suara hati yang ingin kusampaikan kepada mereka begitu aku sampai di titik pertemuan itu, akan tetapi candaan hangat dan keseruan mereka menghanyutkan aku untuk segera bergabung dalam kemeriahan suasana.




Pendakian ke Gunung Gede-Pangrango memiliki prosedur yang tidak mudah, karena selain pendaftaran yang harus taat administrasi, pendakian Gunung Gede juga  memiliki syarat teknis seperti Kuota yang tidak boleh dilewati dan semua pendaki diharuskan membawa sepatu atau sejenisnya. Persyaratan teknis inilah yang biasa kita abaikan walaupun terkadang menghambat perjalanan karena sebelum memulai pendakian, kita harus melakukan pendekatan argumentatif kepada petugas penjaga atau penerima laporan agar diizinkan melanjutkan pendakian.





Tiga orang Sahabatku,  menyelesaikan administrasi di kantor TNGGP yang terletak di kawasan taman Cibodas tepatnya sebelum jalur menuju air terjun Cibeureum atau sebelum masuk jalur pendakian Gunung Gede-Pangrango via Cibodas. sedangkan aku bersama yang lain menunggu dan menikmati kopi panas yang selalu akrap sebagai pengental suasana, ditambah lagi asap rokok yang selalu mengepul seakan ikut hanyut dalam keceriaan ini. Sekitar pukul 10.30  kita baru selesai mengurus Simaksi karena hari itu adalah weekend sehingga pendakian lumayan ramai, baik yang hendak naik via Cibodas Atau Gunung Putri. Pendakian  kita kali ini akan kita tempuh via jalur Putri yang sedikit lebih pendek daripada via cibodas,  maka dari itu setelah selesai mengurus Simaksi dan sekedar memenuhi kebutuhan lambung, kita nyalakan mesin motor untuk menuju base camp pendakian gunung putri (1850 mdpl).



Sepertinya matahari sudah berada diatas kepala ketika kita sampai di pos Gunung Putri. Seakan tak sabar untuk segera menyapa alam, kita bergegas melapor pada petugas pos penjagaan dan segera memulai pendakian. Dengan sedikit pendekatan kita pun diperbolehkan melanjutkan pendakian walaupun kebanyakan dari kita hanya memakai sandal, dan hanya satu orang yang memakai sepatu. Akhirnya rencana yang dibuat seminggu sebelumnya ini bisa terealisasikan juga. Di tengah kesibukan masing-masing, kita meluangkan waktu  untuk mewujudkan kesempatan istimewa yang penuh makna ini. Pendakian ini mengikutsertakan pula 3 tenda yang akan manjadi istana keceriaan kita sesampainya di atas nanti. Seperti biasa kita berencana mendirikan tenda di Alun-alun surya kencana dan bermalam disana sebelum melanjutkan perjalanan ke puncak Gede. Terbayang indahnya hamparan edelweiss yang setia menghiasi surya kencana dengan kesederhanaan dan kesetiaannya. Kira-kira dibutuhkan 5-6 jam perjalanan untuk mencapai lokasi mengagumkan tersebut. Oleh karena itu, Langkah kaki setapak demi setapak pun kita lewati dengan penuh tekad dan harapan. Setelah setengah jam perjalanan melewati ladang penduduk kita memasuki daerah vegetasi hutan yang rimbun dan menyimpan sejuta misteri keindahan. Walau harus sering berhenti karena raga mulai kelelahan namun kita semua berhasil tiba di alun-alun surya kencana. Aku dan salah seorang temanku yang tiba lebih dulu karena harus menyiapkan tenda peristirahatan tiba pukul 17.00 WIB disambut kabut tipis yang dingin dan mententramkan hati. 



Sebelum hari gelap kita mendirikan tenda dan mulai menunggu rombongan lain. Namun sayangnya, kabut tebal menyebabkan mereka gagal menemukan lokasi tendaku sehingga kita terpisah 2 tempat. kami yang berharap-harap cemas menanti tanpa kabar hanya bisa menikmati malam sunyi di surya kencana berdua. Hawa dingin seakan menyembunyikan keberadaan mereka. Setelah beberapa kali keluar tenda untuk menikmati damainya suasana sekitar dan sembari menanti kedatangan rombongan di belakang, aku pun akhirnya menyerah dan beristirahat agar besok tidak terlambat melanjutkan perjalanan menuju puncak. Jam 6.00 WIB kita berdua bergegas memberi salam pada hamparan edelweiss yang terlihat sempurna dibalik kesederhanaannya. Kita akan melanjutkan perjalanan menuju puncak Gede, Perjalanan ke puncak Gede hanya sekitar 30 Menit dari Surya Kencana. Perjalanan yang terasa berat karena membawa harapan agar bisa bertemu dengan rombongan kita yang lainnya. Akhirnya baru 15 menit melangkah, harapan itu mulai berubah jadi kenyataan, kita berpapasan saat hendak menuju puncak, mereka yang telah mencapai puncak akan menunggu di titik pertemuan yang sudah aku tentukan di surya kencana. Perasaan tenang datang bersama kabut tipis yang berhembus dari surya kencana, seakan dinginnya udara mencoba menggoda kita berdua untuk segera kembali kesana. akhirnya jam  07.00 WIB kami termenung sejenak merayakan kepuasan hati seiring terbitnya sang mentari di puncak Gede,



Tak lama kemudian kita kembali ke surya kencana untuk berkumpul bersama para sahabat yang dengan tulus menanti kedatangan kita bersama hamparan edelweiss yang mengagumkan dan kabut tipis yang menyejukan hati. Bersama dinginnya kabut, para sahabat-sahabat ini berbagi kepuasan, keceriaan, kelelahan, dan kebahagiaan dalam hangatnya suasana. sembari menyantap sajian istimewa dari koki gunung yang telah menyusun menu spesial, kita semua sadar pendakian istimewa ini akan segera berakhir. dan setelah selesai bersantap riang kita semua packing dan bersiap untuk turun karena dibawah sana kenyataan hidup tidak sabar menunggu untuk disapa. setelah semua siap, kita semua berdoa dan akhirnya kita pun meninggalkan jejak-jejak persaudaraan yang terakhir bersama kabut suci surya kencana. sekitar pukul 10.00 WIB kita turun bersama-sama dan sekitar pukul 13.00 kita telah sampai ke basecamp gunung putri. akhirnya cerita pendakian istimewa ini benar-benar mencapai akhirnya, dan setelah ini semuanya jejak-jejak kita akan menjadi bukti bahwa persaudaraan ini semakin kuat terikat.


pendakian ini didedikasikan atas nama persaudaraan, persahabatan, dan kehidupan terimakasih atas semua yang telah kita lewati bersama, keceriaan ataupun penderitaan yang telah mengikat kita menjadi saudara,,,, 




Jejak dalam Kabut 

Kabut halus menuntun langkah kaki para pendaki
Merayap di dinginnya Pegunungan
Keheningan melantunkan pujian kepada sang malam
Kehidupan telah melahirkan persahabatan 
walau di tepi jurang atau ketika sampai di puncak gunung sekalipun

Sejenak berbisik pada lembah
atau berbicara pada pohon-pohon di belantara
Perjalanan ini melewati rasa lelah
Hawa dingin  juga rimbunnya dedaunan
Karena sang fajar hanya terbit diujung malam

tenda-tenda terbuat dari kesucian jiwa
yang bebas dari debu-debu kejenuhan
menancap kuat di sanubari
melepaskan kerinduan akan kepuasan batin
karena didalamnya bersemanyam kedamaian

setiap jejak kaki merekam kisah
untuk diceritakan kembali pada kehidupan yang semakin rumit
mengenai keceriaan di tengah hamparan edelweis
simbol keabadian dalam kesederhanaan
ketika sejenak beristirahat di tepi malam,
sebelum melanjutkan perjalanan menjemput harapan
ketika menikmati sajian yang terbuat dari ketulusan,
rokok juga segelas kopi penghangat suasana
ketika kita disambut ramah oleh alam
 itulah sepenggal misteri tentang karunia sang Agung

kegigihan mengantar kita menuju puncak gunung perkasa
semangat dan harapan adalah bekal abadi
agar disaat mentari hadir menyapa kehidupan
kita akan termenung sejenak dan berkata pada diri sendiri
aku telah menemukan diriku
aku telah mengerti arti persahabatan, pengorbanan, dan ketulusan

demi arti kehidupan dalam setiap jejak langkah kaki
walau tertutup kabut, ditengah hujan deras, ataupun terik matahari
jalan yang datar atau mendaki, berlumpur ataupun berbatu
akan kita hadapi dengan segunung tekad dan harapan

oleh: aditya yusta kalpika


Tidak ada komentar:

Posting Komentar