Jejak dalam Kabut Surya Kencana
Gunung gede (2958 mdpl) sudah terlihat menawan dari kejauhan, rombongan dari Jakarta yang telah sampai sejak subuh dengan setia menunggu kedatangan kita yang berangkat pagi dari Ciawi. Sekitar 45 menit kita pun tiba di sebuah warkop sederhana tepat di depan gapura taman cibodas, disanalah para pendaki singgah saat mengurus administrasi (Simaksi) atau bermalam sebelum memulai pendakian. Pada hari itu 13 orang sahabat hendak menuntaskan rencana mereka melakukan pendakian istimewa untuk merayakan suatu pencapaian bersama yang menggembirakan serta mengharukan.
"Sahabat-sahabatku, sebentar lagi
kita akan berpisah karena telah tiba saatnya kita memulai kehidupan baru di
dunia kerja dengan jarak yang terbentang diantara kita. Persahabatan ini adalah
suatu cerita masa muda yang tak ternilai harganya. sudah sepantasnya kita
rayakan pencapaian dan perpisahan kita ini, agar esok kita bisa mengenang
setiap waktu yang kita lalui, tidak hanya sebagai sahabat tetapi lebih dari
itu. mari sekali lagi kita ikat semua itu untuk terakhir kalinya di Gunung Gede
ini, tempat yang biasanya kita datangi untuk sekedar membuang penat dan
kejenuhan kehidupan perkuliahan yang belum lama kita tinggalkan." Itulah suara hati yang ingin
kusampaikan kepada mereka begitu aku sampai di titik pertemuan itu, akan tetapi
candaan hangat dan keseruan mereka menghanyutkan aku untuk segera bergabung
dalam kemeriahan suasana.
Tiga orang Sahabatku, menyelesaikan
administrasi di kantor TNGGP yang terletak di kawasan taman Cibodas tepatnya
sebelum jalur menuju air terjun Cibeureum atau sebelum masuk jalur pendakian
Gunung Gede-Pangrango via Cibodas. sedangkan aku bersama yang lain menunggu dan
menikmati kopi panas yang selalu akrap sebagai pengental suasana, ditambah lagi
asap rokok yang selalu mengepul seakan ikut hanyut dalam keceriaan ini. Sekitar
pukul 10.30 kita baru selesai mengurus Simaksi karena hari itu adalah
weekend sehingga pendakian lumayan ramai, baik yang hendak naik via Cibodas
Atau Gunung Putri. Pendakian kita kali ini akan kita tempuh via jalur
Putri yang sedikit lebih pendek daripada via cibodas, maka dari itu
setelah selesai mengurus Simaksi dan sekedar memenuhi kebutuhan lambung, kita
nyalakan mesin motor untuk menuju base camp pendakian gunung putri (1850 mdpl).
Sepertinya matahari sudah berada diatas
kepala ketika kita sampai di pos Gunung Putri. Seakan tak sabar untuk segera
menyapa alam, kita bergegas melapor pada petugas pos penjagaan dan segera
memulai pendakian. Dengan sedikit pendekatan kita pun diperbolehkan melanjutkan
pendakian walaupun kebanyakan dari kita hanya memakai sandal, dan hanya satu orang yang
memakai sepatu. Akhirnya rencana yang dibuat seminggu sebelumnya ini bisa
terealisasikan juga. Di tengah kesibukan masing-masing, kita meluangkan waktu
untuk mewujudkan kesempatan istimewa yang penuh makna ini. Pendakian ini
mengikutsertakan pula 3 tenda yang akan manjadi istana keceriaan kita
sesampainya di atas nanti. Seperti biasa kita berencana mendirikan tenda di
Alun-alun surya kencana dan bermalam disana sebelum melanjutkan perjalanan ke
puncak Gede. Terbayang indahnya hamparan edelweiss yang setia menghiasi surya
kencana dengan kesederhanaan dan kesetiaannya. Kira-kira dibutuhkan 5-6 jam
perjalanan untuk mencapai lokasi mengagumkan tersebut. Oleh karena itu, Langkah
kaki setapak demi setapak pun kita lewati dengan penuh tekad dan harapan.
Setelah setengah jam perjalanan melewati ladang penduduk kita memasuki daerah
vegetasi hutan yang rimbun dan menyimpan sejuta misteri keindahan. Walau harus
sering berhenti karena raga mulai kelelahan namun kita semua berhasil tiba di
alun-alun surya kencana. Aku dan salah seorang temanku yang tiba lebih dulu karena harus
menyiapkan tenda peristirahatan tiba pukul 17.00 WIB disambut kabut tipis yang
dingin dan mententramkan hati.
Sebelum hari gelap kita mendirikan tenda dan mulai menunggu rombongan lain. Namun sayangnya, kabut tebal menyebabkan mereka gagal menemukan lokasi tendaku sehingga kita terpisah 2 tempat. kami yang berharap-harap cemas menanti tanpa kabar hanya bisa menikmati malam sunyi di surya kencana berdua. Hawa dingin seakan menyembunyikan keberadaan mereka. Setelah beberapa kali keluar tenda untuk menikmati damainya suasana sekitar dan sembari menanti kedatangan rombongan di belakang, aku pun akhirnya menyerah dan beristirahat agar besok tidak terlambat melanjutkan perjalanan menuju puncak. Jam 6.00 WIB kita berdua bergegas memberi salam pada hamparan edelweiss yang terlihat sempurna dibalik kesederhanaannya. Kita akan melanjutkan perjalanan menuju puncak Gede, Perjalanan ke puncak Gede hanya sekitar 30 Menit dari Surya Kencana. Perjalanan yang terasa berat karena membawa harapan agar bisa bertemu dengan rombongan kita yang lainnya. Akhirnya baru 15 menit melangkah, harapan itu mulai berubah jadi kenyataan, kita berpapasan saat hendak menuju puncak, mereka yang telah mencapai puncak akan menunggu di titik pertemuan yang sudah aku tentukan di surya kencana. Perasaan tenang datang bersama kabut tipis yang berhembus dari surya kencana, seakan dinginnya udara mencoba menggoda kita berdua untuk segera kembali kesana. akhirnya jam 07.00 WIB kami termenung sejenak merayakan kepuasan hati seiring terbitnya sang mentari di puncak Gede,
Sebelum hari gelap kita mendirikan tenda dan mulai menunggu rombongan lain. Namun sayangnya, kabut tebal menyebabkan mereka gagal menemukan lokasi tendaku sehingga kita terpisah 2 tempat. kami yang berharap-harap cemas menanti tanpa kabar hanya bisa menikmati malam sunyi di surya kencana berdua. Hawa dingin seakan menyembunyikan keberadaan mereka. Setelah beberapa kali keluar tenda untuk menikmati damainya suasana sekitar dan sembari menanti kedatangan rombongan di belakang, aku pun akhirnya menyerah dan beristirahat agar besok tidak terlambat melanjutkan perjalanan menuju puncak. Jam 6.00 WIB kita berdua bergegas memberi salam pada hamparan edelweiss yang terlihat sempurna dibalik kesederhanaannya. Kita akan melanjutkan perjalanan menuju puncak Gede, Perjalanan ke puncak Gede hanya sekitar 30 Menit dari Surya Kencana. Perjalanan yang terasa berat karena membawa harapan agar bisa bertemu dengan rombongan kita yang lainnya. Akhirnya baru 15 menit melangkah, harapan itu mulai berubah jadi kenyataan, kita berpapasan saat hendak menuju puncak, mereka yang telah mencapai puncak akan menunggu di titik pertemuan yang sudah aku tentukan di surya kencana. Perasaan tenang datang bersama kabut tipis yang berhembus dari surya kencana, seakan dinginnya udara mencoba menggoda kita berdua untuk segera kembali kesana. akhirnya jam 07.00 WIB kami termenung sejenak merayakan kepuasan hati seiring terbitnya sang mentari di puncak Gede,
Tak lama kemudian kita kembali ke surya kencana untuk berkumpul bersama para sahabat yang dengan tulus menanti kedatangan kita bersama hamparan edelweiss yang mengagumkan dan kabut tipis yang menyejukan hati. Bersama dinginnya kabut, para sahabat-sahabat ini berbagi kepuasan, keceriaan, kelelahan, dan kebahagiaan dalam hangatnya suasana. sembari menyantap sajian istimewa dari koki gunung yang telah menyusun menu spesial, kita semua sadar pendakian istimewa ini akan segera berakhir. dan setelah selesai bersantap riang kita semua packing dan bersiap untuk turun karena dibawah sana kenyataan hidup tidak sabar menunggu untuk disapa. setelah semua siap, kita semua berdoa dan akhirnya kita pun meninggalkan jejak-jejak persaudaraan yang terakhir bersama kabut suci surya kencana. sekitar pukul 10.00 WIB kita turun bersama-sama dan sekitar pukul 13.00 kita telah sampai ke basecamp gunung putri. akhirnya cerita pendakian istimewa ini benar-benar mencapai akhirnya, dan setelah ini semuanya jejak-jejak kita akan menjadi bukti bahwa persaudaraan ini semakin kuat terikat.
pendakian ini didedikasikan atas nama persaudaraan, persahabatan, dan kehidupan terimakasih atas semua yang telah kita lewati bersama, keceriaan ataupun penderitaan yang telah mengikat kita menjadi saudara,,,,
Jejak dalam Kabut
Kabut halus menuntun langkah kaki para
pendaki
Merayap di dinginnya Pegunungan
Keheningan melantunkan pujian kepada sang
malam
Kehidupan telah melahirkan persahabatan
walau di tepi jurang atau ketika sampai di
puncak gunung sekalipun
Sejenak berbisik pada lembah
atau berbicara pada pohon-pohon di
belantara
Perjalanan ini melewati rasa lelah
Hawa dingin juga rimbunnya dedaunan
Karena sang fajar hanya terbit diujung
malam
tenda-tenda terbuat dari kesucian jiwa
yang bebas dari debu-debu kejenuhan
menancap kuat di sanubari
melepaskan kerinduan akan kepuasan batin
karena didalamnya bersemanyam kedamaian
setiap jejak kaki merekam kisah
untuk diceritakan kembali pada kehidupan
yang semakin rumit
mengenai keceriaan di tengah hamparan
edelweis
simbol keabadian dalam kesederhanaan
ketika sejenak beristirahat di tepi malam,
sebelum melanjutkan perjalanan menjemput
harapan
ketika menikmati sajian yang terbuat dari
ketulusan,
rokok juga segelas kopi penghangat suasana
ketika kita disambut ramah oleh alam
itulah sepenggal misteri tentang
karunia sang Agung
kegigihan mengantar kita menuju puncak
gunung perkasa
semangat dan harapan adalah bekal abadi
agar disaat mentari hadir menyapa kehidupan
kita akan termenung sejenak dan berkata
pada diri sendiri
aku telah menemukan diriku
aku telah mengerti arti persahabatan,
pengorbanan, dan ketulusan
demi arti kehidupan dalam setiap jejak
langkah kaki
walau tertutup kabut, ditengah hujan
deras, ataupun terik matahari
jalan yang datar atau mendaki, berlumpur
ataupun berbatu
akan kita hadapi dengan segunung tekad dan
harapan
oleh: aditya yusta kalpika
oleh: aditya yusta kalpika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar